BukankahAllah seringkali mengingatkan kita afala tatafakkarun ‘tidakkah memikrkannya? Semoga tulisan ini bisa menjadi renungan di peraduan malam menuju hari esok yang penuh barokah. Serta menjadi bahan evaluasi terhadap amalan yaumiah apa yang telah kita kerjakan pada hari ini. Sedangkan politik Islam atau dalam bahasa arab siyasah
The animal of rationale. Seperti perkataan seorang filsuf Athena, Aristoteles. Ia memberikan suatu makna yang memungkinkan manusia terus eksis dalam kehidupannya. Tak ayal jika dalam Al-Qur’an banyak ungkapan retoris afala ta’qilun. Juga afala tatafakkarun, atau afala yatadabbarun yang tidak kurang dari 200 kali. Tulisan ini akan menguraikan ayat Farmakognosi dalam kerangka Islam. Manusia yang memiliki akal-pikiran al-hayawan an-natiq seyogianya berfikir tafakkur dan memahami tafaqquh. Kemudian merenungi tadabbur fenomena alam yang sejatinya adalah tanda kebesaran ilahi dalam tatanan kosmologi yang fana ini. Tanda kebesaran Tuhan tidak serta merta berupa legal-etis mengajak manusia hidup di jalan yang benar atau salah. Dalam hal ini, manusia perlu untuk mengkaji dan berdialektika dengan alam melalui suatu riset nalar practical dan instuitif empirical untuk mereguk pesan moral yang terkandung di dalamnya. Penalaran Manusia Kemampuan nalar atau disebut aql ju’zi memungkinkan manusia memahami fenomena eksternal yang nampak. Serta kemampuan instuisi atau dikenal aql kulli membuat manusia mampu melihat aspek internal dan realitas esetoris. Demiakian cara Tuhan menunjukkan kebesaran-Nya. Melalui ayat normarif yang diwahyukan secara langsung berupa nomos bagaimana manusia semestinya hidup qauliyah. Juga melalui ayat fenomenologis yang memerlukan telaah dan kesadaran kauniyah. Sejatinya, sumber ilmu dalam Islam ada dua, wahyu Al-Qur’an dan alam semesta. Mengamalkan dan mentafakkuri keduanya menjadi suatu wasilah yang menempatkan manusia dalam hierarki nilai penghambaan yang sejati. Sebagai khairu ummah atau tataran al-makrifah. Sayyed Muhammad Nuqaib Al-Attas memberikan suatu metodologi episteme antara bahasa wahyu dan bahasa penciptaan, yakni metode tafsir dan takwil. Untuk memahami ayat-ayat pasti digunakan metode tafsir dan untuk memahami ayat-ayat yang samar diperlukan metode takwil. Tafsir bukanlah pemahaman yang final, dibutuhkan takwil untuk mendapatkan makna yang komprehensif dan lebih mendalam. Ayat Farmakognisi Ayat farmakognosi adalah ayat yang menelaah khasiat obat yang terkandung dalam aneka macam tumbuhan. Terdapat perbedaan pendapat tentang jumlah ayat farmakognosi dalam Al-Qur’an. Meski sekurang-kurangnya terdapat 750 ayat yang menyebut aneka tumbuhan, ayat farmakognosi termasuk ke dalam ayat kauniyah. Karena memahami manfaat pengobatan dalam tumbuhan membutuhkan riset ilmu pengetahuan. Berbeda dengan Barat, riset ilmu farmakognosi dalam Islam tidak bebas nilai value-laden. Melainkan terdapat syariah sebagai basis nilai dasar kemanusiaan yang membingkainya. Karena sejatinya ilmu pengetahuan dalam Islam dipahami sebagai suatu produk pemahaman atas wahyu Tuhan yang didukung oleh agama dan diperkuat dengan akal-instuitif manusia. Tumbuhan Obat dalam Al-Qur’an Dalam bukunya dengan tajuk “Tumbuhan Obat dalam Al-Qur’an”, seorang Sarjana Farmasi Universitas Gadjah Mada UGM, Karyanto. Ia hanya menguraikan 23 jenis tumbuhan yang disebutkan secara leksikal dalam ayat Al-Qur’an. Seperti al-mann Al-Baqarah 57, Al-A’raf 160, Thaahaa 80-81. Kemudian basal atau bawang merah, fum atau bawang putih, qiththa atau mentimun dan adas atau kacang Al-Baqarah 61. Lalu, inab atau anggur Al-An’am 99, Ar-ra’d 4, nakhl atau kurma An-Nahl 16, Al-Kahfi 32, rumman atau delima Al-An’am 141, Ar-Rahman 68, zaitun Al-Mu’minun 20, At-Tin 1. Selanjutnya Zaqqum Ash-Shaffat 62-68, Al-Waqiah 52-55, khardal atau rai Al-Anbiyaa 41, Luqman 16, Sidr atau bidara. Juga khamt atau siwak dan athl Saba’ 16, yaqtin atau labu Ash-Shaffat 146, rayhan atau kemangi Ar-Rahman 26, Al-Waqiah 89. Ward atau mawar Ar-Rahman 37. Talh atau pisang Al-Waqiah 29, kafur Al-Insan 5, zan jabil atau jahe Al-Insan 17. Lalu buah tin At-Tin 1, dhari Al-Gahsiyah 6-7, tuba Ar-ra’d 29. Ada banyak sekali khasiat obat dalam buah dan tumbuhan di atas sebagaimana diuraikan Karyanto dalam buku ini. Salah satunya adalah khasiat basal atau bawang merah yang banyak manfaat. Seperti memperkuat lambung, membangkitkan gairah, memperbanyak hormon, menghaluskan kulit, menghilangkan dahak serta membersikan lambung. Juga pisang dengan kandungan vitamin C, B1, B2, B6, B12, bisa menghilangkan sesak dada, gangguan paru-paru, batuk, kolestrol, luka ginjal. Bahkan kandung kencing yang memperlancar buang air kecil Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, 2004 354-355. Tafakkur Ayat Kauniyah Dengan mentafakkuri ayat-ayat kauniyah, kita tentu menyadari bahwa semua ciptaan Tuhan di dunia merupakan rahmat besar dari-Nya. Tuhan sendiri telah membekali manusia dengan kondosi ontis yang sempurna sebagai modal untuk menguak tanda-tanda kebesaran-Nya. Kondisi kemanusiaan itu menuntut kita untuk selalu bertafakkur tentang ciptaan-Nya. Al-Qur’an merepresentasikan itu dengan tokoh Ulil Albab yang senantiasa berdzikir dan berfikir sebagai pedoman hidupnya Ali Imran 190-191. Oase semangat tafakkur terhadap alam kaun terus dinyalakan oleh para ilmuan Muslim. Mereka juga mengkhawatirkan realitas sains modern Barat yang terus menggempurkan adanya free value tanpa terikat dengan kerangka nilai dan dogma religius. Mereka yang diakui sebagai pelopor muslim adalah Sayyed Hussein Nasr, seorang Fisikawan muslim asal Iran dengan konsep “Islamisasi sains”. Sayyed Muhammad Nuqaib Al-Attas dengan semangat “Islamisasi ilmu” dan Islmail Raji Al-Faruqi yang menawarkan pembaharuan “Islamisasi pengetahuan modern”. hal. 11 Islamisasi Sains Islamisasi sains isalamization of science adalah semangat kebugaran konsep yang membangun paradigma keilmuan berlandaskan nilai-nilai keislaman. Baik aspek ontologis, epistimoligis maupun aspek aksiologisnya. Sains Islam adalah pengetahuan yang dibedakan dari sains Barat. Epistimologi sains Islam tetap dalam koridor nilai syariah sebagai basis orientasi yang tidak distruktif dan inheren dengan permasalahn manusia. Usaha ini merupakan bagian manifestasi bentuk syukur atas rahmat tuhan yang telah menjadikan manusia sebaik-baiknya makhluk. Barang tentu ini wujud keshalehan sosial yang berusaha menempatkan relasi manusia dan alam berada terus dalam koridor kemanfaaatan. Sehingga manusia selalu berada dalam ikhtiyar penghambaan untuk mencapai ridho-Nya. Sejalan dengan ayat yang menggoreskan tujuan hidup dalam sanubarinya wa ma khalqtul jinna wal insa illa liya’buduni. “Dan tidaklah aku menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku saja” Adz-Dzariyat 56. Tentang Buku Judul Tumbuhan Obat dalam Al-Qur’an Perspektif Sains Islam Bidang Farmakognosi Penulis Karyanto Penerbit Global Mediana Indonesia, Depok Tahun Terbit Edisi I, April 2021 Tebal 99 Halaman ISBN 978-623-93053-1-4 Penyunting Ahmed Zaranggi
GuruBesar Universita Kairo Syaikh Thanthawi menyebutkan di kitab tafsirnya yang berjudul Al-Jawahir, terdapat lebih dari 750 ayat Kauniyah atau ayat tentang sains (alam semesta raya) di Alquran dan hanya ada sekitar 150 ayat fikih. Namun para ulama justru menghasilkan ribuan kitab tentang fikih, tetapi nyaris tidak memerhatikan serta menulis
— — Untuk menjadi lebih baik, dilakukan dengan secepat mungkin tanpa menunda waktu. Sama halnya dengan kecerdasan, Jika menunda cerdas hingga besok dan selanjutnya maka saat ini diri dalam keadaan tidak cerdas atau bodoh. Ustadz Prof. Dr. H. Yuwono mengatakan Dalam Al Qur’an Surah At Takasur menyebutkan Al haaku mut takathsur’ Bermegah-megahan telah melalaikan kamu. Orang yang lalai adalah orang yang bodoh. Hatta zurtumul-maqoobir’ sampai kamu masuk ke dalam kubur. Kalla law ta’lamuuna ilmal yaqiin’ Sekali-kali tidak! Sekiranya kamu mengetahui dengan pasti Thumma latara wunnaha ainal yaqiin’ kemudian kamu benar-benar akan melihatnya dengan mata kepala sendiri. Ustadz Yuwono mengatakan pentingnya cerdas di dunia karena agar bermanfaat bagi sesama. Karena jika sudah datangnya kematian, semua orang akan cerdas tetapi kecerdasan tersebut sudah tidak ada lagi manfaat. Apakah kita bisa cerdas? Maka jawabbannya adalah pasti bisa. Allah menegaskan Dan Berkali-kali al-Qur’an menyebutkan “Afala Tatafakkarun” apakah kamu tidak memikirkan, “Afala Ta’qilun”,apakah kamu tidak menggunakan akalmu, “Wa fi Anfusikum, Afala Tubshirun”, di dalam dirimu apakah kamu tidak melihat?. “Manusia pasti cerdas asal mau menggunakan akal yang secara fisik adalah otak, secara bukan fisik, otak dibagi menjadi dua yaitu otak yang baru sampai kepada ilmu itu namanya akal’sedangkan otak yang sampai kepada sadar itu namanya Hati’. Sebagai contoh bapak ibu yang hadir kajian ini bisa jadi kesadaran atau ikut-ikutan,”katanya, dalam live streaming Youtube BPM Al Furqon Palembang, dua pekan lalu, kamis, 14/7/22. Tentunya jika kita menggunakan anugrah yang Allah berikan, yaitu akal pikiran. Tapi sayangnya banyak manusia yang tidak menyadari, kelebihan manusia akal pikiran yang telah Allah berikan. Manusia sebagai mahluk sempurna karena mempunyai akal pikiran untuk bernalar dan akan menjadi mahluk mulia jika memanfaatkan akal pikiran untuk kebaikan serta mendapatkan atau mengolah data dari ilmu pengetahuan yang diperoleh. Kemudian ia melanjutkan, ada tiga cara menjadi cerdas dengan melakukannya terus menerus yaitu pertama Taddabur Al Qur’an orang yang mampu melihat makna dibalik Al Quran yang nyata, kedua Tafakur Alam orang yang berpikir atau merenungi segala keadaan yang terjadi di alam semesta, dan yang ketiga adalah Dzikrul Maut Ingat mati. “Orang yang paling cerdas adalah orang yang ingat mati, karena mati itu bisa kapan saja tanpa janji dan lainnya. Suatu ketetapan dari Allah dan rahasia Allah,”tegasnya.tri jumartini
11Tahafut at Tahafut(Kerancuan yang rancu)(Tulisan ini telah membangkitkan kritik yang keras dan memicu reaksi protes diseluruh dunia Islam). Penolakan yang keras pertama disuarakan oleh Mustafa ibn Yousuf al Bursawi didorrong oleh lemahnya pengertian dan keyakinan yang ber lebihan.Namun karya Ibn Rusyd memberi pengaruh besar terhadap Eropa
Manusia, makhluk yang diciptakan Tuhan Untuk menjadi khalifah di bumi manusia Otak diciptakan sempurna untuknya Supaya berpikir mampu dilakukannya Allah menuliskan cerita hidup manusia dengan berbagai macam perbedaan. Sebagian manusia merasakan manisnya hidup sejak ia dilahirkan. Sebagian lainnya dilahirkan dengan kondisi yang cukup menyedihkan. Pada setiap kejadiannya, Allah pasti menyisipkan hikmah supaya manusia mampu berpikir. Dalam kadarnya, manusia memiliki emosi jiwa dalam dirinya. Ketika terjadi suatu hal dalam dirinya, ia memiliki otak untuk memikirkan. Supaya terhindar dari mara bahaya. Supaya tak terjebak dalam kesalahan yang sama. Otak, anugerah yang diberikan Tuhan kepada manusia. Namun sebagai manusia, apakah kita telah menggunakan otak sebagaimana fungsinya? Apakah kita telah memaksimalkannya dalam kehidupan kita? Dalam al-qur'an, Allah bertanya "afala ta'qiluun, afala tatafakkarun" yang artinya apakah engkau tidak berpikir? Apakah engkau tidak menggunakan otakmu? Kalimat yang menjadi teguran untuk kita sebagai hamba Allah. Afala ta'qiluun, afala tatafakkarun. Kalimat yang mempertanyakan apakah kita telah memanfaatkan anugerah otak yang telah diberikan Allah kepada kita? Jawabannya ada dalam diri kita masing-masing. Dalam kalimat itulah Allah menganjurkan supaya kita mampu menggunakan otak untuk berpikir. Supaya mampu berpikir setelah membaca, ataupun setelah melihat sesuatu. Supaya kelak kita mampu bertindak melalui proses berpikir sebelumnya. Sehingga terhindar dari perbuatan yang dilarang oleh Allah.
Makalahini cuba membincangkan pemikiran dan penulisan-penulisan Pendeta Za‘ba (16 Sept 1895- 23 Ogos 1973) yang berpengaruh yang ditinggalkannya dari warisan pemikiran dan bekas-bekas perjuangan intelektualnya yang bersejarah. Hal ini diangkat dan dirumuskan dari pergerakan dan usaha-usahanya dalam mengangkat darjat dan harakat bangsa Melayu.
“AFALA TA’QILUN DAN AFALA YATAZAKKARUN” BERULANGKALI DALAM QUR-ANULKARIM BUKANKAH INI MENUNJUKKAN BEGITU PENTINGNYA BAGI MANUSIA UNTUK BERPIKIR? BUKANKAH IBADAH BERPIKIR YANG TERTINGGI NILAINYA DISISI ALLAH? IBADAH LAINNYA AKAN SIRNA ANDAIKATA MANUSIA TIDAK MENGAWALINYA DENGAN IBADAH BERPIKIR KECUALI BAGI KAUM AWWAM hsndwsp Acheh - Sumatra di Ujung Dunia Bismillaahirrahmaanirrahiim وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلاَئِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُواْ أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاء وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لاَ تَعْلَمُونَ -٣٠- وَعَلَّمَ آدَمَ الأَسْمَاء كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلاَئِكَةِ فَقَالَ أَنبِئُونِي بِأَسْمَاء هَـؤُلاء إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ -٣١- قَالُواْ سُبْحَانَكَ لاَ عِلْمَ لَنَا إِلاَّ مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ -٣٢- "Dan ingatlah ketika Tuhan-mu Berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka Bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang akan mengadakan kerusakan dan pertumpahan darah di sana, sedangkan kami senantiasa bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia Berfirman, “Sesungguhnya, Aku Mengetahui apa yang tidak kamu ketahui” QS, 2 30 ......................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................... Allah menjadikan Wakilnya, Nabi Adam di Bumi untuk membimbing manusia dan jin ke jalanNya yang benar tetapi para Malaikat mengkhawatirkan nanti manusia akan melakukan kerusakan dan pertumpahan darah. Sepertinya para Malaikat menghendaki agar merekalah yang akan dijadikan sebagai Wakilnya dengan alasan mereka senantiasa bertasbih dan memujiNya. Disini terindikasi bahwa dengan alasan senantiasa bertasbih dan memujinya, tidak tepat untuk menjadi Wakil Tuhan. Setelah memberitahukan para Malaikat bahwa Dia mengetahui apa yang tidak diketahui para Malaikat, Allah menjelaskan alasanNya kepada yang bertanya baca para Malaikat. Hal ini menjadi titik awal yang harus dipikirkan Manusia dan Jin bahwa kita tidak boleh sekedar mengatakan “ya” atau “tidak” tanpa alasan yang membuktikan “ya” dan “tidak” tadi. Setelah membuktikan alasannya dengan mempersilakan Para Malaikat untuk bernegosiasi dengan Adam/Manusia. Setelah Adam mengalahkan para Malaikat, pelajaran yang harus kita petik adalah, para Malaikat sebagai pihak yang lemah argumennya saat bernegosiasi, langsung mengaku kesala hannya dan meminta maaf kepada Allah swt hingga Allah memerintahkan kepada semua Malaikat untuk sujud kepada Adam. Realitanya semua Malaikat menta’ati perintah Allah kecuali Malaikat yang bahan bakunya Api Iblis, secara takabbur menentang perintah Allah hingga Allah memfonis nya sebagai “Kafir”. Andaikata Allah swt menjadikan wakilNya dalam bentuk Malaikat dimana Manusia tidak mampu melihatnya bagaimana mungkin mengikutinya secara sempurna. Hal itu sama saja tanpa wakilNya Allah juga mampu membimbing manusia kejalan Nya yang lurus. Sebagai contoh, Allah pasti bisa menurunkan hujan tanpa Malaikat yang ditugaskan untuk urusan tersebut, tetapi kenapa Allah tidak langsung menurunkan hujan untuk kawasan yang dibutuhkannya? Realitanya Allah Membuat Matahari untuk memanaskan permukaan Laut. Air laut yang sudah panas membubung naik ke udara proses penguapan/destilasi. Lalu angin meniupnya ke kawasan gunung. Hujan lebat turun di gunung lalu membentuk sungai, lalu kembali menggapai laut. Yang ditugaskan Allah untuk urusan tersebut adalah Malaikat aparatNya tetapi diatur melalui proses destilasi alami agar Manusia tidak buntu saat berpikir proses penurunan hujan tersebut. Demikian jugalah Allah tidak membimbing manusia dan jin secara langsung tetapi melalui WakilNya, dimana yang pertama adalah Adam alaihissalam. Andai kata Manusia memiliki bahan baku sama dengan Malaikat sinar, barulah wakilNya diangkat dari Malaikat. Pertanyaan selanjutnya adalah System yang dikehendaki Allah dalam kehidupan manusia dalam bernegara, bermasyarakat dan berkeluarga. Dalam hal ini Allah berkata “Innaddiina indallahil Islam”. Bagi manusia yang mau berpikir secara benar pasti yakin bahwa Agama itu tidak akan terpelihara keasliannya tanpa System yang benar baca Negara Islam/Daulah Islamiyah/System Islam. Yang perlu kita garisbawahi adalah “Substantif” nya bukan sekedar nama. Pada saat Nabi Adam sudah beranak pinak sebagai suatu keluarga dan itu juga sebagai masyarakat, disebabkan hanya itulah masyarakat manusia yang pertama, hukum kawinpun berbeda dengan hukum kawin di zaman kita sekarang ini yang juga beragama Islam, bermasyarakat Islam dan bernegara Islam tetapi substantifnya saja, tidak difokuskan pada nama. Sa’at Nabi Yusuf membangun Masyarakat Islam dan negara Islam di Mesir juga substantivenya jelas sekali sebagai “Negara Islam” dimana beliau mampu merobah kehidupan yang penuh perbudakan menjadi kehidupan yang Islami. Demikian jugalah yang diaplikasikan Nabi terakhir, Muhammad saww juga tidak dipopulerkan de ngan nama Negara Islam tetapi Suibstantifnya jelas sekali itu adalah Negara Islam. Mungkin timbul be berapa pertanyaan, diantaranya apakah tidak perlu kita berikan Namanya sebagai Negara Islam /System Islam/Daulah Islamiyah di zaman kita sekarang ini macam Republik Islam Iran? Jawabannya adalah nama juga penting tetapi nama tanpa substantive adalah penipuan yang membuat kaum mustadhafin dan kaum yang masih awwam terjerat dalam perangkap penipuan tersebut tanpa disadari. Dizaman kita sekarang ini satu-satunya negara Islam hanyalah Republik Islam Iran. Bayangkan andaikata Republik Islam Iran tidak memberikan nama negara Islam itu, kepada fenomena mana para Pemikir Islam memberikan contohnya sa’at mereka berbicara Negara Islam? Bukankah sangat beralasan kalau pemikir melupakan fenomena negara Islam setelah ideology kaum sekuler menyusub dalam masyarakat Islam paska kewafatan Rasulullah hingga begitu pahit bagi kita saat berbicara suatu system yang Islami? Namun yang sangat penting kita garisbawahi adalah Substantifnya, disamping nama. Sebab nama tanpa Substantif adalah penipuan luarbiasa. Pernahkah anda mendengar keterangan seorang Propessor bahwa negara Islam itu harus diberikan namanya sebagai negara Khalifah, hingga beliau ragu saat melihat Republik Islam Iran dengan alasan negara tersebut tidak memberikan namanya sebagai Negara Khalifah? Beliau juga ragu disebabkan Republik Islam Iran termasuk aggota PBB, dimana beliau juga beralasan disebabkan PBB tidak perca ya kepada Tuhan yang Satu. Ketika beliau berbicara “Ilmu akhiriz Zaman”, beliau tidak dapat menunjukkan fenomena negara Islam yang beliau namakan Negara Khalifah, hanya beliau mampu menunjukkan fenomena Nasrani yang dekat hubungannya dengan kaum Muslimin baca al Maidah 82 yang diwakili oleh Rusia. Betapa pilunya kita kalau hanya mampu mengenal fenomena negara yang dekat dengan Negara Islam/System Islam tetapi fenomena Negara Islam/System Islam sendiri tidak kita kenal fenome nanya, padahal fenomena tersebut sangat jelas yaitu Republik Islam Iran. Mungkin keraguan beliau terhadap Syi’ah Imamiyah 12/Pengikut Ahlulbayt Rasulullah saw/Islam Mazhab Ja’fariah lah yang membuat beliau tidak mampu melihat fenomena negara Islam dewasa ini. Republik Islam Iran bersahabat baik dengan Rusia, Cina, Negara-negara Amerika Latin dan negara manapun yang berwawasan kemanusiaan serta toleran macam Indonesia dibawah kepemimpinan Jokowi dan Ahok Cina sekarang. Perlu digarisbawahi bahwa ada beberapa negara sekarang menamakan diri sebagai negara Islam tetapi substantifnya tidak Islami. Hal ini sama juga dengan orang Alim yang menggunakan surban/berpenampilan macam penampilan Ulama tetapi pikirannya tidak Islami, kan jauh lebih baik kita yang berpenampilan macam orang biasa tetapi pikiran kita Islami macam pikiran Ahlulbayt Rasulullah, minimal pikiran para Sahabat yang setia kepada Rasulullah baca Abu Dzar Ghifari, Al Miqdad dan Salman Al Farisi. Sebelum kita telusuri negara-negara yang sekedar nama saja macam “Nanggrou Acheh Darussalam” realitanya bukan negara tetapi Propinsi, “Brunai Darussalam”, “Arab Saudi yang hanya menggu nakan bendera bermotif Islam”, Negara Khalifah Islam made in Arab Saudi di Suriah+Irak ISIS yang takfiri dan teroris, marilah kita kunjungi Republik Islam Iran. Pada hakikatnya semua negara dibagi kepada 2 katagorie, Negara berkedaulatan Allah dan negara yang berkedaulatan Taghut. Yang terakhir negara Taghut dibagi kepada 2 katagorie juga yaitu System Taghut Despotic dan System Taghut non Despotic. Yang Despotic fasad secara Horizontal dan vertical sedangkan yang non Despotik hanya fasad secara vertical dimana secara Horizontal tidak fasad. Perlu digarisbawahi bahwa Allah swt memfokuskannya secara Horizontal dan system yang fasad secara horizontal, secara verticalpun otomatis ikut fasad. System Kedaulatan Allah di RII, kekuasaan tertinggi dikendalikan oleh seorang Ulama yang disebut “Imam” baca Ayatullah Ruhullah Imam Khomaini yang pertama, kemudian digantikan oleh Ayatullah Sayed Ali Khameney Rahbar. Dibawahnya adalah 12 Ulama Warasatul Ambya’. Lalu dilanjutkan oleh ParlemenLegislatif dan Presiden serta para menterinya, Eksekutif dan Yudikatif. Inilah yang disebut System Wilayatul Fakih, penemuan Imam Khomaini yang belum ada duanya di zaman kita sekarang. Setelah Parlemen membuat Undang-Undang, naskah tersebut diserahkan kepada 12 Ulama/Fakih untuk diteliti apakah bertentangan dengan Qur-an atau tidak. Andaikata bertentangan, dikembalikan untuk diperbaiki. Lalu kedua kali diserahkan kepada 12 Ulama/Fakih. Andaikata masih salah, Ulama/Fakih sendiri yang memperbaiki/mengoreksi, barulah ditandatangani setelah diperbaiki lalu diserahkan kepada Presiden untuk ditindaklanjuti/dilaksanakan sepenuhnya bersanma para Menterinya. Kebanyakan negara lainnya menggunakan system Teori John Locke, dimana ada yang Parlementer Kabinet dan ada juga yang Presidentil Kabinet. Yang Parlementer diatas sekali adalah Parlemen Legislatif, baru kemudian Presiden dan para Menterinya Eksekutif. Lalu diikuti oleh lembaga Yudikatif. Sedangkan yang Presidentil diatas sekali adalah Presiden Eksekutif, baru kemudia ParlemenLegislatif dan terakhir adalah Yudikatifnya. Dalam system yang menggunakan Teory John Locke lazimya yang Presidentil Kabinet, Presidennya menjadi Diktator sedangkan yang parlementer, lazimnya menjadi Diktator Mayority. Berbicara System Islam, mari kita berkaca pada Nabi Yusuf yang rupawan dan Islami. Ketika suatu komunitas/Negara dipimpin oleh orang-orang yang berwawasan kemanusiaan, kaum Muslimin tidak dibenarkan untuk berevolusi. Kecuali suatu negara sudah begitu menyelimet kezalimannya. Korupsi dan berbagai manipulasi sudah dianggap hal yang biasa macam Iran di zaman Syah Palevi, Irak di zaman Saddam, Libya di zaman Muammar Qardafi, Mesir din zaman Husni Mubarak dan Arab Saudi sejak dulu hingga kini dibenarkan berevolusi. Sayangnya saat terjadinya revolusi di Tunisia, Mesir, Libya dan Timur tengah pada umumnya, revolusi hanya berjalan ditempat. Banyak tokoh di RII sendiri kala itu meyakini bahwa itu revolusi Islam yang diinspirasi Revolusi Islam Iran. Saya berkali-kali menolaknya bahwa itu Revolusi Rakyat, bukan revolusi Islam. Alasan saya disana tidak ada pemimpin yang Islami macam para Ulama yang berevolusi di Iran. Akibatnya paska tergulingnya penguasa despotic, rakyat lagi-lagi masuk perangkap konspirasi jahat hingga negara-negara arogan dunia tetap memainkan perannya di negara-negara yang barusaja berevolusi. Sebenarnya andaikata ada pemimpin yang Islami, masih ada cara lainnya untuk merobah suatu ke hidupan yang despotic menjadi Islami. Fenomena ini dapat diamati saat Nabi Yusuf mengaplikasikan kehidupan bernegara secara Islami ditengah-tengah komunitas manusia dimana yang kaya mem perbudak yang miskin. Nabi Yusuf sendiri diawali oleh perbudakan dirinya oleh saudara-saudaranya sendiri dan bahkan beliau hampir saja dibunuh oleh Yahuda, prototype Qabil anaknya Nabi Adam as, andaikata tidak dicegah oleh Lavi saudara Nabi Yusuf yang agak baik dibandingkan saudara Yusuf se-ayah lainnya. Ketika Yusuf masih kecil lagi, saudaranya se ayah sudah mulai dengki kepadanya, namun Yusuf tidak pernah sakit hati terhadap mereka. Yang pertama melontarkan niat membunuh Yusuf pertama sekali adalah Yahuda, hingga Lavi memperingatkan bahwa ucapan Yahuda itu sangat berbahaya. Yang lainnya menanyakan pada Lavi, apa solusi lainnya kalau tidak menerima usulan Yahuda. Lavi men jawab bahwa pertama sekali singkirkan aklternatif membunuh, barulah kemudian kita cari solusi lainnya. Singkat kata akghirnya mereka membujuk Yusuf agar mau dibawa kepadang pengembalaan yang diawali dengan rayuannya bahwa sangat asik bermain dipadang pengembalaan dan juga akan diajarkan ilmu untuk mengembala kambing. Ketika Yusuf memintakan Ayahnya agar diizinkan bergi bermain di padang pengembalaan, Nabi Ya’qub terpaksa mengizinkannya walaupun sebelumnya beliau tidak percaya i’tikat baik 10 anak-anaknya yang lain itu. Singkat kisah, Yusuf dimasukkan kedalam Sumur yang asin airnya hingga dengan mu’jizat Yusuf menjadi tawar. Ketika satu kafilah kehausan binatang tunggangannya, mereka terpaksa mendekati sumur tersebut walaupun pernah mereka tau bahwa airnya asin. Ketika Yusuf bergantung pada timba mereka dan terangkat keluar sumur, saudara-øsaudaranya datang dan memberitahukan kafilah bahwa Yusuf itu budak mereka. Setelah terjadi pertengkaran, akhirnya mereka bersedia menjual Yusuf dengan perjanjian mereka akan membawa Yusuf jauh dari Kan’an supaya tidak dapat kembali lagi dan Yusufpun memilih diperbudak untuk menghindarkan diri dari pembunuhan oleh saudaranya sendiri sesuai petunjuk Allah yang disampaikan Malaikat saat Yusuf berada dalam sumur. Film Nabi Yusuf episode 5 subtitle Indonesia Di pasar perbudakan Yusuf dibeli oleh Suami Zulaikha hingga beliau dibesarkan di Istana Zulaikha. Untuk lebih jelas fenomena Negara Islam dibawah pimpinan Nabi Yusuf di Mesir duklu, amatilah kesemua video tersebut sampai video terakhir, nomor 34. "Sorry, belum selesai dan belum di edit!"
AlQur’an adalah sumber pengetahuan yang diwariskan oleh sejarah intelektual Muslim. Sejak Muhammad hadir, al-Qur’an selalu menghiasi kecerdasannya baik secara intelektual maupun
Dariapa yang saya tulis di atas, tentu pembaca akan lebih mudah untuk menjawab dan menentukan pilihan Capresnya dalam Pilpres April 2019 mendatang. Sapere aude ! Beranilah berpikir ! Afala ta'qilun ! Gunakanlah akalmu ! Afala tatafakkarun ! Gunakanlah fikiranmu ! Wallahu a'lamu bisshawab(SHE). Jakarta, 24 Februari 2019. Saiful Huda Ems (SHE).
qifGQfO. 17c872hzvj.pages.dev/26517c872hzvj.pages.dev/26517c872hzvj.pages.dev/1917c872hzvj.pages.dev/20117c872hzvj.pages.dev/53917c872hzvj.pages.dev/44417c872hzvj.pages.dev/19317c872hzvj.pages.dev/130
afala tatafakkarun tulisan arab